Thursday, August 25, 2011

Suatu hari, dikala hujan... Tommy sang kakak hendak pergi kuliah.

Tommy: "Pah, Tommy kuliah dulu ya!"

Papa: "Naik apa kamu, nak? Hati-hati hujan loh.."

Tommy: "Tenang aja, Pah.. Naik motor aja.."

Papa: "Eh.. Jangan!! Bawa mobil aja gih.."

Tommy: "Oh, beneran nih? Okay, berangkat ya Pah!"


Dari kejauhan, Wendy sang adik mendengar percakapan Ayah dan Kakaknya. Lalu dia berasumsi,

'Wah... Kalo ujan, gua melas-melasin aja nih! Pasti bisa bawa mobil! Sip!'


Keesokan harinya, dikala hujan... Emang lagi musim ujan.

Wendy: "Pah, wendy pergi ya!"

Papa: "Ya, hati-hati..."

Jir.. Kenapa giliran gue ga ditanya!? Mungkin gue harus mancing!

Wendy: "Wah.. Ujan nih, Pah! Giamana ya? Ntar sakit lagi..."

Papa: "Oh, iya ya.. Bentar bentar, jangan pergi dulu.."

Yessss!!!! Pasti gue diambilin kunci mobil!! Lalalalala.. Joget joget.

Papa: "Nih, ada jas ujan.. Pake yah.."

Wendy: (pingsan)


Mama yang baru saja pulang, berteriak dari kejauhan.

Mama: "Wen.. Mama udah beliin sesuatu buat kamu.."

Wendy: "Hah!? Apaan, Ma..?"

Mama: "Mama beli jazz buat kamu!"

'Hah? Mama beliin jazz buat gue!? Alhamdulillah ya Allah..'


You raise me up..... So i can stand on mountain.....

Tiba-tiba muncul Josh Groban dari belakang.
Wendy-pun menyambut Josh Groban dengan senyuman penuh rasa syukur.


Mama: "Tuh.. Mama udah beliin buat kamu.."

Wendy: "Serius, Ma!? Ya ampun, Ma.. Makasih banget.."

Mama: "Iya, nanti dipake ya.."

Wendy: "Oh ya iyalah, pasti!! Pasti Wendy pake tiap hari!"

Mama: "Eeeeh, jangan tiap hari! Kalo ujan aja!"

Wendy: "Iya deh gapapa, kalo ujan juga lebih berguna sih, Ma!"

Mama: "Iya.. Bener ya.."

Wendy: "Mana, Ma?"

Mama: "Tuh!"

Wendy: "Mana...?"

Mama: "Tuh, di atas motor.."

Wendy: "Hah?"




Sponsored by:

JAZZ UJAN.

Tuesday, August 10, 2010

Hari itu, saya sedang berjalan-jalan di sebuah Plaza. Sebenarnya saya tidak tau apa visi dan misi Plaza itu dibangun. Kenapa? Karena sepi sekali. Jika ada aturan 'ketika ada bunyi peluit, semua berkumpul', saya yakin jumlah yang berkumpul tidak akan lebih dari jemaah di mushola. Saya bahkan tidak mengerti mengapa itu disebut Plaza.

Ceritanya, saya yang sedang berada di lantai tiga, ingin turun ke lantai satu.

Diperjalanan saya menuju lift, ada seorang laki-laki didalamnya, berdiri, seperti sambil menahan tombol agar lift tetap terbuka.

"Lift?", dia bertanya sambil tersenyum.

"Eh, terima kasih", sayapun masuk ke dalam lift.


Dan.. Pintu lift menutup.


"Sendirian?", laki-laki itu bertanya lagi.

"Iya".

"Ngapain emang?"

"Liat-liat aja, emang lagi jalan-jalan disekitar sini"

"Oh.. Gue juga sih, cuma liat-liat aja"

Gue ngga nanya, monyet! Dalam hati saya...

"Oh, haha!", balas saya sedikit canggung.


Dan memang benar suasana ini sangat canggung. Sepasang lawan jenis berada di dalam lift, yang ada di Plaza sepi. Ahh!!! Cukup!!!

Halo? Kayaknya ngga gitu-gitu amat deh..

Oh, oke! Maaf kebawa suasana.

Sekitar beberapa menit diem-dieman dalam lift. Sembari berfikir, apakah saya harus keluar dan naik tangga saja sebelum diperkosa cowok asing di dalam lift? Atau saya tetap bertahan di lift dengan suasana canggung bersama cowok bertubuh ideal dengan potongan rambut spike seperti Ariel? Saya kebingungan.

Sampai akhirnya saya sadar...

"Eh, kok kita di lantai tiga aja ya?"

"Eeeeh, hahaha.. Lupa gue pencet... mau ke lantai berapa..? Hahaha.. Aduh.."

"HUAHAHHAHAA!"

Stop, stop.. Gue ngga mungkin ketawa kaya gini lah! Bisa mati di lift kita!


Saya menanggapinya dengan senyuman dan ketawa basa-basi, lalu menekan angka satu.


"Maaf ya lupa, aduh, keasyikan ngobrol sih", sahut laki-laki itu dengan muka memerah.

Rasanya pengen bilang; "Kamu lucu juga ya kalo mukanya lagi merah.. Cium aku dong! Mumpung di lift nih!"

Engga engga! Hush!


Sampai di lantai satu, kita berpisah. Saya harus turun dari lift.

"Duluan ya!"

"Yo..."


Lucu ya! Dia salah tingkah seperti cowok-cowok yang ada di FTV. Hahaha!