Friday, May 1, 2009

Ketika kehujanan semua menjadi basah.

Sebatang Filter menjadi Djarum Black.

Ngerti gak?

Ceritanya begini. Disuatu sore menjelang malam, saya kelaparan. Makan apa ya? Akhirnya nasi goreng. Saya dan partner saya yang sedang duduk di taman akhirnya pergi mencari tukang nasi goreng. Sesampainya ditukang nasi goreng partner saya bertanya,

"Rokok mana?"

"Enggak tau"

Setelah sibuk mencari rokok yang hilang, akhrinya terungkap bahwa rokok ketinggalan di taman. Partner saya terpaksa membeli rokok lagi.

Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk pulang (kerumah saya). Tapi cuaca agak gerimis. Ah, rumah deket ini, sikat!

Diperjalanan.

Kok deres ya?

Kami yang dimotor kalang kabut.

Partner saya menepikan motor dpinggir jalan yang sama sekali tidak terlihat seperti tempat berteduh.

Saya yang sedang dibonceng mengoyak-oyak badannya, panik,

"Woy, jalan!"

"Bentar, ini kemana?"

"Neduh, neduh"

"Dimana?"

"Taman!"

Kami berteduh di taman.

Dan setelah kami sadari.

Ini hujan badai.

Partner saya mengeluarkan rokok (yang dibeli lagi tadi) dari kantungnya,

"Yah.. Patah.."

Kami mencari cara untuk mengeringkan dan menyambung rokok yang kehujanan.

Kemudian hujan badai berhenti.

Timbul inisiatif dari partner saya,

"Ambil rokok yang tadi ah!"

Rokok yang ketinggalan di taman tadi diambilnya.

Bentuknya?

Naas.

Basah, hitam, dikejauhan seperti Djarum Black. Begitu deket kaya ranting pohon. Benar-benar tidak seperti rokok.

Kita melakukan pengeringan instan seadanya (lagi) terhadap rokok yang ketinggalan itu.

Begitu dihisap.

Crooooot..

"Kok air?"

Alternatif jika ingin merokok tapi dahaga, rendam rokok secukupnya.

0 Comments:

Post a Comment