Thursday, March 26, 2009

Diinginkan, diiimpikan, tidak pasti, serba salah.

Berandai-andai akan sesuatu yang tidak pasti. Terlalu jauh bermimpi berakibat fatal jika akhirnya gagal. Apalagi disertai usaha yang maksimal yang mungkin menimbulkan banyak kerugian dan pengorbanan untuk menggapai mimpi tersebut. Apa yang mungkinan terjadi jika gagal menggapain mimpi? Bunuh diri mungkin, menjadi gila mungkin, menjadi b-sex mungkin. Oh, tidak untuk b-sex.

Tapi ada juga yang berasumsi, semakin jauh kita bermimpi, semakin kecil kemungkinan kita berjumpa dengan kegagalan. Digambarkan seperti langit, semakin kita berada dilangit tertinggi, kita semakin jauh dari lantai bumi, itu artinya akan lama merasakan sakitnya terjatuh. Jadi jangan jadikan mimpi sebagai ketakutan.

Tapi sampai saat ini, saya masih terbelenggu prasangka buruk atas kegagalan menggapai mimpi. Saya takut bermimpi (terlalu tinggi).

Gue punya mimpi, yang tau mimpi gue hanya gue dan Tuhan (dan beberapa orang yang gue percaya).

Gue ga suka gembar-gembor tentang mimpi gue. (dan tentang apapun)

Seperti semboyan gue, diam adalah emas.

Emas adalah kuning. Kuning adalah?

Kenapa gue memilih untuk menjadi orang yang diam? Karena gue terobsesi menjadi orang kaya raya bahkan gue terobsesi menjadi sebuah emas. Tidak! Karena gue menanamkan kebencian pada omong kosong. Gue sangat tidak ingin mendapat predikat tong kosong nyaring bunyinya. Itu sucks.

Gue suka menjadi orang yang tidak banyak bicara tapi banyak membuahkan hasil.

Hasrat meludahi selalu merasuki jika sedang bertemu dengan kesombongan.

Orang yang songkak dan sombong selalu mendapat sumpah serapah dari hati kecil gue.

Kasarnya, kalo gue gak santai, orang yang banyak omong udah gue kasih jari tengah depan mukanya, terus gue tinggal pergi. Lalu gue menjumpai orang sombong itu beberapa tahun lagi, dan menertawakannya jika terbukti kesombongannya beberapa tahun lalu adalah omong kosong.

Mampus.

Orang yang diam, cenderung dianggap remeh. (curhat)

Jangan berfikir orang yang lebih memilih diam bukan berarti dia tidak tau apa-apa.

Usaha mengiringi tergapainya mimpi. Tapi semua sudah digariskan.

Seorang anak ingin menjadi seniman, ia bekerja keras demi hal ini. Tapi jika ia digariskan sebagai karyawan swasta, apa boleh buat?

Pikiran seperti ini yang membuat ketakutan akan bermimpi terus membelenggu.

Tapi kalo takut terus? Mau jadi apa?

Bermimpi atau jadi pecundang?

Ikutilah kata hati.

0 Comments:

Post a Comment