Thursday, March 26, 2009

Gue udah dua kali mengikuti psiko test. Hasil dari keduanya sama, gue adalah seorang yang plegmatis.

PLEGMATIS

Phlegmatik (Phlegmatic) - Cairan phlegma - Lambat - “Cinta Damai”. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri tidak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya tidak terus berkepanjangan. Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis. Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Phlegmatis memiliki sifat alamiah pendamai. Ia biasanya menghidari kekerasan. Karena itu jugalah ia adalah orang yang mudah diajak bergaul, ramah, dan menyenangkan. Ia adalah tipe orang yang bisa membuat sekelompok orang tertawa terbahak-bahak oleh humor-humor keringnya, tetapi ia sendiri tidak tertawa. Ia adalah pribadi yang konsisten, tenang, dan jarang sekali terpengaruh dengan lingkungannya. Inilah yang membuatnya hampir-hampir tidak pernah terlihat gelisah. Di balik pribadinya yang dingin dan malu-malu, sesungguhnya ia memiliki kemampuan untuk dapat lebih merasakan emosi yang terkandung pada sesuatu. Karena sifatnya yang menyukai kedamaian dan tidak menyukai pertikaian, ia cenderung menarik diri dari segala macam keterlibatan. Hal inilah yang sering kali menghambatnya untuk menunjukkan kemampuannya secara total. Sering kali mereka hanya menggunakan 30%-50% dari kemampuan mereka.

Gue akui, 95% benar. Gue bisa digambarkan seperti itu. Tapi ada yang gue ga setuju dan gue pertimbangkan.

Kalo diliat dari kekuatan, gue baik bener ya? Semboyan yang pas, mengalah untuk menang. Dilihat dikekuatan, gue terkesan seperti orang yang tidak punya pendirian dan tertindas. Rela ditindas demi tidak terjadinya konflik. Merelakan apapun demi kesenangan orang lain sekalipun itu merugikan bagi gue. Pendirian menjadi hal yang tidak begitu penting demi perdamaian. Gue terkesan rela mati demi perdamaian.

Gue bukan orang yang suka mengeluh. Karena gue tau keluhan itu bukan solusi. Gue lebih memilih memendam kekesalan daripada terjadi pertikaian. Gue cenderung lebih suka menyembunyikan kesedihan gue daripada menceritakannya ke orang-orang seperti mencari simpatik secara tidak langsung.

Sembunyi dibalik senyum palsu itu sudah menjadi suatu kegiatan.

Gue (berusaha untuk) tidak ambil peduli.

Tapi karena semua itu, gue menjadi orang yang penuh dendam.

Cenderung memilih terhindar dari konflik membuat gue terus-menerus menahan amarah yang berujung menimbulkan dendam.

Gue sering memikirkan cara-cara licik untuk menjatuhkan orang yang gue bebaskan dari konflik.

Contoh, seseorang memperlakukan gue tidak layak. Gue mengikuti permainannya demi tidak adanya konflik. Itu bukan berarti gue mengikuti permainannya seperti orang dungu. Diam-diam gue menyimpan dendam. Gue akan membalaskan dendam gue dengan cara licik secara perlahan. Tanpa kekerasan, tapi menyakitkan.

Tapi semboyan gue dalam hal ini, gue ga akan mulai kalo ga dimulai.

Tapi ini gue praktikkan kepada orang-orang yang udah kelewatan.

Orang-orang (seperti gue) yang cenderung menghindari konflik, agak berbahaya.

Kita punya titik jenuh.

Ketika sampai pada titik jenuh, dan mulai jenuh memendam semua kekesalan (yang terus-menerus ditahan demi tidak terjadinya konflik), kejenuhan itu kemudian akan membuat rasa amarah yang meledak-ledak.

Kaya apa ya? Bisa dikatakan gue belum pernah marah (besar). Gue gak bisa marah. Gue sendiri gak kebayang gue kalo marah (besar) kaya apa. Karena gue belum pernah.

Sejauh ini gue masih bisa memendam banyak kekesalan.

Kapan ledakan itu terjadi?

Kurang tau.

3 Comments:

  1. Kae Aliya Hariyuwono said...
    tya gue juga nulis tentang test kepribadian yaaaa
    Tya said...
    easy sayang (sok keibuan)
    Unknown said...
    Anda sangat bertentangan dg karakter saya sbg org laki-laki pada umumnya. Saya koleris.

Post a Comment